Pernah dengar istilah “safety bubble“? Jika belum maka artikel singkat ini akan menjelaskannya untuk kamu. “Safety Bubble” sendiri adalah sebuah lingkaran imajinatif di sekeliling kendaraan yang menjadi semacam pagar pembatas agar tidak didekati oleh kendaraan lain. Lingkaran tersebut berfungsi sebagai ruang bergerak dalam menyikapi situasi di sekitar kendaraan agar tercipta sebuah kondisi yang aman.
“Safety Bubble” adalah soal “space” atau sebuah ruang, dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan dalam istilah sederhana yaitu “Lingkaran Aman”. Ada berapa sisikah yang wajib kita pagari? Kanan, kiri, depan lalu belakang, dalam situasi tertentu area atas dan bawah juga kerap dijadikan titik yang harus diawasi.
Lalu apa bisa diterapkan di lalu lintas seperti di ibukota? Jawabannya bisa? meski secara rutin harus menelan ludah karena mungkin ruang kosong yang tertinggal bisa tetiba diisi oleh kendaraan lain. Berikut penerjemahan “Safety Bubble” saat berkendara, baik untuk pengemudi mobil maupun pengendara sepeda motor.
- Saat berhenti, pastikan ada ruang kosong yang kita sisakan untuk bergerak dalam kondisi darurat, jika itu terjadi. Misal untuk pengemudi mobil bisa dengan berhenti di belakang mobil lain tapi dengan pandangan mata masih dapat melihat ban belakang kendaraan di depan. Saat ban belakang kendaraan di depan tersebut tak terlihat maka kamu sudah terlalu dekat.
- Saat bergerak, jaga jarak aman 2 detik. Jika saat ini sedang hits istilah “Social Distancing” maka ilmu “Defensive Driving” sudah lama mengenal istilah “Safe Following Distance”. Jarak aman dalam hitungan detik ini adalah hasil kombinasi antara waktu reaksi manusia dan waktu reaksi mekanik kendaraan saat bertemu skenario yang terburuk. Dalam jeda 2 detik tersebut kita diberikan waktu untuk berpikir.
- Sisi samping kerap jadi hambatan tersendiri saat kendaraan bergerak di ruang yang sempit. Saat memasuki wilayah dimana banyak kendaraan sedang parkir maka berikan jeda 1 meter selebar bukaan pintu mobil sebagai ruang antisipasi jika ada objek pintu yang tiba-tiba saja terbuka. Kecelakaan melibatkan bukaan pintu ini terbilang cukup sering.
Dengan menyiasati ruang gerak aman seperti di atas maka kita sudah masuk dalam sebuah penerapan metode mengemudi antisipatif alias “Defensive Driving“. Sebuah metode yang memberikan kita pengetahuan lebih bagaimana agar bisa “survive” dari potensi kecelakaan di jalan raya. Coba praktekkan ya. (dev) | Foto : Google
0 comments on “Mengenal Istilah “Safety Bubble”” Add yours →